Dalam sebuah dialog group WA, sempat memanas karena ada perbedaan fokus
pada materi dialog. Dialog diawali dengan keluhan seorang teman (ibu
muda) karena anaknya sakit gondongen (saya tidak tahu secara medis
penyakit itu disebut apa), dia mengeluh karena anaknya rewel dan tubuhnya
panas, sementara dokter yang menjadi langganan dia sedang ada di luar
kota sehingga dia sedikit panik, minta saranlah dia ke anggota group
bagaimana sebaiknya.
Saranpun bermunculan, ada yang menyarankan dibawa kedokter lain, tapi si
ibu muda menolak karena sudah kadung cocok dengan dokter langganan dia,
ada juga saran untuk minum obat, dan berbagai saran lain yang menurut
saya sangat umum dan masuk akal, sampai ada teman saya (sebut saja si A)
yang menyarankan ke kuburan... Kok ke kuburan?
Ya, karena di kuburan ada pohon kamboja yang getahnya dapat dioleskan
pada bagian yang gondongen, dan berdasarkan pengalaman dia waktu kecil
dulu, ketika gondongan, diolesi getah kamboja bisa sembuh.
Oleh teman yang lain (sebut saja si B), saran itu dianggap aneh dan
menjurus musrik, karena melibatkan area kuburan dalam proses pengobatan.
Toh, sudah ada cara-cara lain, mengapa harus berurusan dengan kuburan?
oleh si B, pohon kamboja biasanya adanya di kuburan. Tapi rupanya
penjelasan si A tidak bisa diterima, bagaimanapun juga sesuatu yang
berhubungan dengan kuburan itu musrik. Perbedaan pendapat terus
berlangsung.
Untuk menengahi perbedaan tersebut saya coba bantu menjelaskan, bahwa
fokusnya ada pada pohon kamboja, khususnya pada getahnya. Memang, pada
umumnya masyarakat yang tinggal ditempat kami jarang ada yang menanam
pohon kamboja di halaman rumah. Pohon kamboja biasanya ya hanya ada di
kuburan, beda dengan di Bali, kalau di sana hampir setiap halaman rumah
ada pohon kamboja. Intinya, jika ada ditempat yang lain yang silahkan.
Untuk saat ini mungkin di taman-taman kota ada pohon tersebut, atau
penjual bunga hias dan bunga yang lain. Tapi nampaknya si B, sudah
terlalu jengkel, nampaknya dia memang sensitif dengan urusan kuburan,
entah pengalaman apa yang menyebabkan dia sensitif dengan kubunran,
sehingga yang mestinya fokus ke pohon kamboja, jadi melebar kemana-mana.
Dari cerita singkat itu, dapat kita ambil hikmahnya, kadang-kadang kita
melakukan sesuatu itu kurang fokus karena terganggu dengan hal-hal yang
ada di sekitar fokus tersebut. Ibarat kata kita masih belum mampu
mancing, diamana ikannya dapat tapi airnya tidak keruh. Untuk itu kita
perlu selalu belajar, termasuk belajar membaca situasi.